Seperti
janji di artikel sebelumnya, kali ini akan dibahas tentang perayaan HUT
Republik Indonesia ke-71 di Dusun Buluh, Desa Krandegan, Kec. Kebonsari, Kab.
Madiun. Salah satu kegiatan dalam rangka menyemarakkan HUT Republik Indonesia adalah
melakasanakan perlombaan 17-an. Dusun Buluh adalah salah satu dusun yang selalu
mengadakan perlombaan 17-an setiap tahunnya. Perlombaan ini dipanitiai oleh
para pemuda-pemudi karang taruna dusun tersebut yaitu Ikatan Remaja Buluh Asri
(IRBA). IRBA biasanya mengadakan perlombaan seperti makan krupuk, balap karung,
balap lari nyunggi tampah, balap pukul debog, balap lari nggendong rinjing,
rias wajah, panjat debog, panjat pinang, tangkap belut dalam lumpur, dll. Semua
pesertanya dari anak kecil sampai orang dewasa bahkan sampai orang tua pun ikut
meramaikannya. Khusus untuk lomba panjat pinang akan dibahas pada artikel
selanjutnya.
Pada
tahun ini, IRBA mengadakan perlombaan pada hari sabtu minggu, 20-21 Agustus
2016. Saat hari pelaksanaan, warga dusun baik itu anak kecil maupun orang
dewasa sudah mulai berdatangan di lapangan perlombaan. Bahkan warga dari luar
dusun pun berbondong-bondong datang membaur dan meramaikan perlombaan 17-an
ini. Perlombaan ini dimulai pada hari sabtu siang dengan lomba makan krupuk.
Saat Master of Ceremony (MC) membuka
pendaftaran, semua anak-anak langsung berlarian menuju stand panitia untuk
mendaftar. Saking antusiasnya, peserta cilik ini berlari tanpa memperhatikan
pijakannya sehingga ada yang terjatuh. Lomba makan krupuk ini memberikan
keseruan di lapangan karena terikan dukungan dari teman2 peserta cilik.
Setelah
makan krupuk selesai, lomba dilanjutkan dengan lomba tangkap belut. Dengan
peserta anak-anak usia sekolah dasar, perlombaan ini diwarnai aksi lucu tingkah
polah anak dalam menangkap belut. Tanpa memperhatikan aba-aba panitia, para
peserta cilik ini langsung terjun ke kolam belut. Kolam yang berisi air lumpur
ini membuat muka peserta cilik tidak berbentuk lagi. Ada beberapa peserta cilik
yang saling serang dengan cipratan air lumpur ke lawannya. Semua warga baik itu
peserta dan penonton ikut tertawa gembira melihat tingkah anak-anak mereka.
Perlombaan
dilanjutkan kembali dengan lomba balap karung. Dalam lomba balap karung ini
sangat unik, karena para peserta cilik diharuskan untuk jongkok dan melakukan
lompat katak. Selain itu, para peserta cilik ini juga diharuskan mengenakan
helm. Saat lomba berlangsung, ada peserta yang lancar, ada yang nyungsep
ketanah dan ada yang terguling karena tidak kuat lompat katak. Saat itulah
semua penonton dibuat tertawa dengan tingkah lucu peserta. Seiring lomba balap
karung berakhir dan matahari kian tenggelam diufuk barat berakhir pula
perlombaan pada hari itu. Dan ini salah satu peserta cilik yang ikut lomba
balap karung.
Pada
hari minggu pagi serta teriknya matahari, perlombaan dilanjutkan dengan lomba
gendong rinjing. Lomba ini diikuti oleh ibu-ibu warga dusun Buluh. Rinjing
adalah wadah yang dulunya digunakan oleh para ibu untuk membawa barang
belanjaan ketika akan pergi dan pulang dari pasar. Tapi lomba gendong rinjin
ini diikuti juga oleh peserta pria terutama remaja dan pemuda desa.
Perlombaan
lain yang identik dengan ibu-ibu adalah lomba rias. Perlombaan rias ini
pesertanya adalah ibu-ibu atau warga yang hadir di lapangan perlombaan.
Sedangkan wajah yang dirias adalah para anggota karang taruna IRBA. Perlombaan
ini diwarnai dengan kejar-kejaran para anggota karang taruna karena setiap
anggota yang disebut selalu melarikan diri dan dikejar oleh anggota yang lain.
Keseruan yang lain pada saat lomba rias ini kedua mata ibu-ibu perias harus
ditutup dan tidak boleh ngintip. Walhasil, riasan ibu-ibu peserta seperti ini
Acara
kemudian dilanjutkan dengan perlombaan balap lari nyunggi tampah. Peserta lomba
ini juga ibu-ibu warga sekitar. Ternyata ibu-ibu yang badannya besar pun masih
kuat lari meskipun badan goyang semua. Sebenarnya lomba ini tidak hanya nyunggi
tampah tok tapi ditaruh bola juga di atas tampah itu. Pada pelaksaannya,
ibu-ibu protes karena kesulitan menyeimbangkan selain tampah ditambah juga ada
bola yang selalu menggelinding. Kemudian setelah bola tidak dipakai lagi,
tampah yang disunggi ibu-ibu sambil lari itu malah ada yang terbang.
Lomba
dilanjutkan dan menjadi lomba terakhir yaitu lomba panjat pohon pisang (debog). Pada perlombaan ini pesertanya
adalah anak kecil usia sekolah dasar. Pada perlombaan ini paling seru dan
dinanti-nanti oleh semua warga. lomba ini para peserta dibagi menjadi kelompok
dengan 1 kelompok berisi 2 anak. Peserta lomba ini dapat melakukan berbagai
cara agar mencapai atas debog
dan mengambil hadiah, seperti menggendong, memanggul, dll. Perlombaan ini
sangat seru dan lucu karena ada beberapa keunikan. Keunikan pertama yaitu
batang pohon pisang ini diikat terbalik sehingga bentuknya mengerucut kebawah.
Untuk mempersulit peserta juga dibawah ikatan debog pisang ini dibentu kubangan
lumpur yang dicampur dengan oli sehingga peserta kesulitan untuk mencapai
puncak dan meraih hadiah. Pada saat perlombaan berlangsung, peserta cilik ini
sangat lucu dan menggemaskan. Kejadian lucu sering terjadi pada lomba ini,
seperti ekspresi wajah anak saat manjat debog, ekspresi wajah peserta yang
diinjak kepalanya oleh rekannya sendiri, bahkan ada peserta yang sengaja mlorotke celana rekannya.
Kejadian-kejadian ini membuat semua yang ada dilapangan tertawa gembira.
Acara lomba ini tidak berakhir sampai lomba ini saja. Masih ada lomba yang
selanjutnya adalah lomba panjat pinang. Lomba panjat pinang akan dibahas pada
artikel selanjutnya. Merdekaaaa!!!
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Lomba 17-an IRBA: Dari Desa Krandegan, Madiun Untuk Indonesia. Bag-2"
Posting Komentar